Pengertian Himpunan
Himpunan adalah konsep
dasar dari semua cabang matematika. Gerorg Cantor dianggap sebagai bapak
teori himpunan. Himpunan adalah
sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Himpunan adalah
segala koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai satu kesatuan Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan,
manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya. Objek ini selanjutnya
dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. Syarat tertentu dan jelas
dalam menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk
membedakan mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan
anggota himpunan. Inilah yang kemudian dinamakan himpunan yang terdefinisi
dengan baik (well-defined set).
Mengenal lambang himpunan.
Suatu himpunan dituliskan sebagai berikut :
a. Nama himpunan ditulis
dengan huruf kapital.
b. Penulisan himpunan menggunakan tanda 2 kurung
kurawal dan dipisahkan dengan tanda koma
c. Himpunan yang anggotanya tak berhingga atau tak
berlanjut dinyatakan dengan 3 titik Keanggotaan himpunan dinyatakan dengan
lambang “n”
Bentuk himpunan
a. Kata-kata
Suatu himpunan dinyatakan dalam bentuk kalimat tidak menggunakan lambing
atau menuliskan syarat-syarat keanggotaannya. Contoh: Himpunan bilangan asli
kurang dari 7.
b. Dengan mendaftar (metode tabulasi / roster)
Dengan metode ini anggota himpunan yang dinyatakan dengan metode mendaftar
disebutkan satu persatu. Contoh: A = {1, 3, 5, 7}Menyatakan himpunan 4 bilangan
ganjil pertama secara tabulasi. A = {2, 4, 6, …} Metode ini digunakan untuk
menyatakan himpunan tak berhingga yang jumlah anggotanya sangat banyak.
c. Notasi pembentuk himpunan (metode bersyarat /
rule)
Cara ini mirip metode deskripsi namun pada himpunan dinyatakan dengan
notasi pembentuk himpunan. Anggotanya dilambangkan dengan huruf (peubah)
kemudian diikuti dengan sebuah garis syarat kanggotaan himpunan tersebut.
Bentuk umum :
{ x | …, x є … }
Contoh:
A = { x | x < 10, x є A }
Dibaca: A adalah himpunan x dengan x kurang dari
sepuluhdan x anggota bilangan asli (A).
Macam-macam Himpunan
Himpunan Kosong
Himpunan
A dikatakan himpunan kosong bila bilangan kardinal dari himpunan A = 0 atau n(A)
= 0. Himpunan kosong dinotasikan dengan f (phi) atau . Jadi apabila A = , maka A = f atau A = dan n(A) = 0.
Perhatikan contoh di bawah ini!
1.
B =
2.
C =
3.
D =
4.
E = dan F =
Contoh
1, 2 dan 3 merupakan contoh himpunan yang tidak memiliki anggota atau n(B) =
n(C) = n(D) = 0. Tetapi contoh 4, himpunan E dan F bukan contoh himpunan
kosong, karena E memiliki anggota yaitu “0” dan F juga memiliki anggota yaitu f.
Himpunan Semesta
Himpunan semesta biasanya dilambangkan
dengan U (Universum) yang berarti himpunan yang memuat semua anggota yang
dibicarakan atau kata lainya himpunan dari objek yang sedang dibicarakan.
Biasanya hinpunan semesta ditetapkan sebelum kita membicarakan suatu himpunan
dengan demikian seluruh himpunan lain dalam pembicaraan tersebut merupakan
bagian dari himpunan pembicaraan.
Contoh 5:
a.
Apabila kita membicarakan himpunan A maka yang dapat
menjadi himpunan semesta adalah:
U = ,
U = ,
U = atau himpunan lain yang memuat A.
b. Apabila
kita membicarakn himpunan B = , maka yang menjadi himpunan
semestanya adalah :
U =
U
=
U
=
Himpunan
Berhingga
Himpunan A berhingga apabila A memiliki
anggota himpunan tertentu atau n(A) = a, a bilangan cacah. Dengan
perkataan lain, himpunan berhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya dapat
dinyatakan dengan suatu bilangan cacah.
Contoh 6:
a. A = karena n(A) =
0, 0 bilangan cacah.
b. B = n(B)
= 75, 75 bilangan cacah.
c. C = n(C0 = 7, 7 bilangan cacah.
Himpunan Tak
Berhingga
Himpunan A disebut himpunan
tak berhingga apabila tidak memenuhi syarat himpunan berhingga. Himpunan A
apabila anggota-anggotanya sedang dihitung, maka proses perhitunganya tidak
akan berakhir. Dengan perkataan lain himpunan A, n banyak anggotanya tidak
dapat ditentukan/ditulis dengan bilangan cacah.
Contoh 7:
Q=
Apabila kita menghitung anggota himpunan Q, maka proses perhitungan anggota
Q tidak akan berakhir. Jadi Q adalah himpunan tak berhingga dan n(Q) = ~.
Himpunan Terbilang
Himpunan A dikatakan himpunan terbilang bila anggota himpunan A
tersebut dapat ditunjukkan atau dihitung satu persatu.
Contoh 8:
a.
A =
Himpunan A di atas merupakan contoh himpunan
terbilang sebab dapat dihitung satu persatu, sekaligus contoh himpunan
terhingga sebab n(A) = 3.
b.
B =
Himpunan B di atas merupakan
contoh himpunan terbilang, tetapi juga merupakan contoh himpunan tak hingga
sebab n(B) = ~.
Himpunan Tak Terbilang
Himpunan
A dikatakan tak terbilang bila anggota himpunan A tersebut tidak dapat dihitung
satu persatu.
Contoh 9:
R =
Himpunan R merupakan contoh himpunan tak terbilang,
karena anggotanya tak dapat dihitung satu persatu. Himpunan R juga merupakan
himpunan tak berhingga, karena n(R) = ~
Himpunan Terbatas
Himpunan
A dikatakan himpunan terbatas bila himpunan A mempunyai batas di sebelah kiri
saja disebut himpunan terbatas kiri. Dan jika himpunan tersebut hanya mempunyai
batas sebelah kanan disebut himpunan terbatas kanan. Batas sebelah kiri juga
disebut batas bawah sedangkan batas sebelah kanan disebut batas atas.
Contoh 10:
a.
P = , mempunyai batas bawah 0
dan batas atas 4.
b.
Q = , mempunyai batas bawah 0 dan batas atas 3.
Tetapi 0 R dan 3 Q.
Khusus
untuk himpunan tak terbatas yang semesta pembicaraanya bilangan real penulisan
himpunanya dapat menggunakan notasi interval.
Contoh
a.
A = dapat ditulis
b.
B = dapat ditulis
c.
C = dapat ditulis
d.
D = dapat ditulis (0,5)
Himpunan Tak Terbatas
Himpunan A dikatakan himpunan tak terbatas bila himpunan tersebut tidak
memiliki batas.
Contoh 12
R =
Operasi Himpunan
Gabungan (Union)
Diberikan
himpunan A dan B. Gabungan himpunan A dan B ditulis dengan A ∪ B adalah suatu himpunan yang anggotanya
berada di A atau berada di B.
Jadi A ∪ B
= { x | x ∈ A
atau x ∈ B
}
Contoh:
A = {a,b,c,1,2}
dan B = {c,d,e,f}.
Maka
A ∪ B = {a,b,c,d,e,f,1,2}
Irisan
(Intersection)
Diberikan himpunan A dan B. Irisan
himpunan A dan B ditulis dengan A∩B adalah suatu
himpunan yang anggotanya berada di A dan
juga berada di B.
Jadi A∩B
= { x | x ∈ A dan x ∈ B }
Contoh:
A = {a,b,c,1,2} dan B = {c,d,e,f}.
Maka A∩B = {c}
Komplemen
Diberikan suatu himpunan A. Komplemen
dari A ditulis dengan “ Ac “ adalah himpunan
yang anggotanya berada dalam hiompunan
semesta tetapi bukan berada di A.
Jadi Ac = { x | x ∈ S,
x∈ A}
Contoh:
Diberikan semesta himpunan bilangan
asli.
Jika A = {0,2,4,6,…} maka Ac = {1,3,5,…}
PENJUMLAHAN
Penjumlahan 2 himpunan A + B adalah himpunan yang
anggota - anggotanya
adalah anggota B tetapi bukan anggota A.
Contoh :
S = { 1, 2, 3, 4, ... , 30 }
A = { faktor dari 8 } = { 1, 2, 4, 8 }
B = { faktor dari 6 } = { 1, 2, 3, 6 }
jika tidak ada anggota himpunan yang sama maka
himpunan saling lepas
PENGURANGAN / SELISIH
Pengurangan hinpunan A oleh B adalah suatu himpunan
yang anggotanya merupakan anggota A tetapi bukan anggota B.
Contoh ;
S = { 1, 2, 3, 4, ... , 10 }
A = { 1, 2, 3, 4, 10 }
B = { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
maka :
A - B = { 1, 2, 10 }
B - A = { 5, 6, 7, 8, 9 }
PERKALIAN HIMPUNAN
Contoh ;
A = { a, b, c }
B = { 1, 2, 3, 4 }
Maka A - B = { (a,1), (a,2), (a,3), (a,4), (b,1),
(b,2), (b,3), (b,4), (c,1), (c,2), (c,3), (c,4)
Sifat-sifat operasi
Komutatif
Diberikan himpunan A dan B. Maka berlaku
A ∩
a B ∩ A dan juga A ∪
B = B ∪ A
Asosiatif
Diberikan himpunan A, B dan C.
Maka berlaku A ∩
(B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
dan juga A ∪ (B∪ C) = (A∪
B) ∪ C
Idempoten
Diberikan suatu himpunan A. Maka berlaku
A ∩ A =A dan juga A ∪ A=A
Identitas
Diberikan suatu himpunan A dalam semesta
S.
Maka A∩S =A dan juga A ∪ S=A
Distributif
Diberikan himpunan A,B dan C.
Maka A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dan juga A
∪ (B ∪ C) = (A ∪
B) ∩ (A ∪ C)
Komplementer
Diberikan suatu himpunan A dalam semesta
S. Maka A∩ Ac = S dan
A∪ Ac = ∪
Dalil De Morgan
Diberikan himpunan A
dan B. Maka (A∩B)c = Ac ∪ Bc
dan (A∪B)c = Ac ∪ Bc
Sifat-sifat pada himpunan
1.
A ∩ a=B ∩ A
2.
A ∪ B = B ∪ A
3. (Ac)c = A
4. A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
5. A ∪ (B U C) = (A U B) U C
6. A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)
7. A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)
8. (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc
9. (A∪ B)c =
Ac ∪ Bc
10. n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A∩ B)
Hukum-hukum Aljabar Himpunan
1. Hukum identitas:
A = A
A U = A
|
2. Hukum null/dominasi:
A =
A U = U
|
3. Hukum komplemen:
A = U
A =
|
4. Hukum idempoten:
A A = A
A A = A
|
5. Hukum involusi:
= A
|
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
A (A B) = A
A (A B) = A
|
7. Hukum komutatif:
A B = B A
A B = B A
|
8. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
A (B C) = (A B) C
|
9. Hukum distributif:
A (B C) = (A B) (A C)
A (B C) = (A B) (A C)
|
10. Hukum De Morgan:
=
=
|
11.
Hukum 0/1
= U
= Æ
|
|
Himpunan
bilangan
Himpunan bilangan asli N = {1, 2, 3, 4, 5, …. }.
Himpunan bilangan prima P = {2, 3, 5, 7, 11, 13, …. }.
Himpunan bilangan cacah C = {0, 1, 2, 3, 4, …. }.
Himpunan bilangan bulat Z = {…., -3, -2, -1, 0, 1, 2,
3, …. }.
Himpunan bilangan Real R adalah himpunan yang memuat
semua bilangan anggota garis bilangan
Himpunan bilangan Rasional Q = {a/b | a, b Z dan b 0}.
Himpunan bilangan irrasional R –
Q =Q c = { x R | x Q }.
Hukum-hukum
Aljabar
Suatu system aljabar terdiri dari himpunan
obyek dengan satu atau lebih operasi
yang didefinisikan padanya.Bersama dengan hkum-hukum
yang dibutuhkan dalam
operasi.
Definisi I.2
Misalkan * operasi biner pada himpunan A.
(1) operasi * assosiatif jika (a * b) * c = a * (b *
c) untuk semua a, b, c dalam A.
(2) operasi * komutatif jika a*b = b*a untuk semua a,
b dalam A.
Dalam pembahasan selanjutnya
hokum-hukum dasar aljabar untuk penjumlahan
dan pergandaan yang didefinisikan
pada bilangan bulat Z dan bilangan Real R sebagai
aksioma (axioms) yaitu
diterima tanpa bukti.
Contoh :
Operasi * didefinisikan pada
himpunan bilangan real R dengan a * b = (1/2) a b.
Akan ditunjukkan bahwa *
assosiatif dan komutatif.
Karena (a * b) * c = (1/2 a b) *
c
=1/2((1/2 a
b) c)
=1/4(a b)c
dan pada sisi lain
a * (b * c)=a *(1/2) bc)
=
(1/2)a((1/2) bc)
=
¼ (a b) c
untuk semua a, b dan c dalam R
maka * assosiatif.
Karena a * b = (1/2) a b
= (1/2) b a = b*a.
Untuk
semua a, b dalam R maka * komutatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar